Minggu, 22 Juni 2014

Cerpen "Kado Perkawinan"

Kado Perkawinan
Oleh: Mayra Rain




Seperti hati yang ku miliki ini, ku tau takkan pernah dapat mencintaimu seperti hatimu mencintaiku. Tapi, terimakasih yang teramat tulus untuk kepingan putih dan bersih yang kau berikan karena rasa itu masih sama dan akan selalu begitu aku mencintaimu bukan karena apapun yang ada padamu. Tapi karena cinta yang kau beri,,, Dec, 19 2010
Waktu sudah jauh berlalu. Setahun sudah mengenalmu lebih dari apapun yang aku tahu dulu. Mengenalmu jauh lebih dalam, mengenal rasa cinta yang sesungguhnya. Mengenal kamu pas baru bangun tidur, mengenal kamu pas belum sikat gigi, mengenal kamu yang belum mandi, semua sudah aku jalani.
Namun perjalanan ini belum selesai. Setahun sudah ijab-kabul itu terucap. Kujalani hari sebagai istri dan ibu, serta tetek bengek menjadi istri. Perasaan indah seperti dulu pun nyaris terlupakan, kawan ternyata perkawinan teramat indah dari apa yang aku pikirkan, selalu sakral dan sangat suci untuk sekedar dijalani tanpa kata saat marah. Tapi juga perkawinan adalah sesuatu yang indah yang saat ini aku jalani.
Aku tidak menyesali apapun yang sudah menjadi keputusanku selama ini. Aku sudah memilihmu menjadi teman hidupku sampai ajal memanggil. Pengalaman ini akan selalu menjadi guru untukku. Menjadi istri, ibu sekaligus mahasiswi begitu berat tanpa dukungan darimu. Aku benar-benar bahagia keputusan memilihmu itu benar. Bukan kebetulan aku mengenalmu, bukan kebetulan juga aku menikah denganmu. Takdir.
Ternyata benar saat kita menjalani pernikahan, menjadi seorang istri, ibu yang punya tanggung jawab besar, maka cinta bukan segalanya. Melainkan komitmen. Komitmen untuk saling terbuka dalam segala hal. Sebuah komitmen untuk saling berbagi duka dan suka. Komitmen kita untuk saling mengisi kelebihan dan kekurangan kita. Tapi jelas semua tak semudah bicara dan membalikkan telapak tangan.
Aku sedang menata kehidupan rumah tanggaku. Masih dalam rangka bulan madu. Semua masih terasa manis seperti madu dan aku selalu berharap akan terus begini. Cinta ini akan terus semanis madu.
Perkawinan mengajarkan banyak hal, bahwa tak semua keinginan kita bisa terpenuhi, belajar sabar untuk semua keinginan, belajar sabar untuk semua kemauan yang tak terpenuhi, sabar jika akhirnya kita tahu bahwa dia tak sesempurna yang kita pikir dulu.
Kadang aku merasa aku sendiri, aku putus ada. Ketika aku sadari bahwa menjadi istri, ibu dan mahasiswi itu sangat-sangat berat. Tapi satu kali lagi, mungkin untuk yang terakhir aku ingin mereka percaya bahwa jalan ini benar. Pernikahanku bukan halangan untuk menjalani masa depan yang lebih baik.
Untuk pernikahan yang telah kujalani setahu. Aku sudah berusaha untuk berikan yang terbaik, untukmu, untuk kindi, untuk semua. Semoga Allah mau memberikan yang terbaik pula untuk semua pengorbanan yang ikhlas ini. Lagi-lagi bukan cinta yang seperti dulu namun komitmenku. Untuk dirimulah aku dilahirkan.
Adalah menakjubkan bahwa aku merindukanmu. Kutanya perihal kamu pada setiap orang yang kutemui padahal kamu bersamaku. Mataku selalu mencarimu, padahal kamu ada dipelupuk mataku. Hatiku merindukanmu, padahal kamu berada diantara tulang rusukku.
Banda Aceh, 19 Dec 2009-2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar