Sabtu, 21 Juni 2014

Cerpen "Istana Derita VS Gubuk Bahagia"

Istana Derita VS Gubuk Bahagia
Oleh: Eka Saputri

Namaku Humaira, anak pertama dari 3 bersaudara. Kedua adikku bernama Nurul dan Nisa. Aku dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana. Orang tuaku bekerja sebagai petani. Walaupun orang tuaku petani, aku merasa kebutuhanku sehari-hari cukup terpenuhi. Intinya, aku bahagia.

Ibuku dilahirkan dalam sebuah keluarga yang berkecukupan. Beliau anak kedua dari 4 bersaudara dan beliau anak perempuan satu-satunya. Sayangnya, masa kecil Ibuku suram. Beliau hidup penuh dengan penderitaan hingga penderitaan itu masih terkenang sampai saat ini. Dengan doa restu dari Nenek, Ibu menikah dengan Bapak hingga lahirlah aku dan kedua adikku. Sebagai anak perempuan satu-satunya, Ibu adalah pewaris rumah yang ditempatinya sekarang. 13 tahun mereka hidup bahagia, kini kebahagiaan itu mulai terusik. Itu dikarenakan Bapak tidak mampu membangun rumah untuk kami. Sedangkan Pamanku sudah selesai membangun rumahnya sendiri yang lumanyan besar untuk keluarganya. Nenek menganggap, Bapak dan keluarga hanya menumpang tinggal di rumahnya.

Suatu hari, Nenek sakit. Beliau terserang demam dan meriang. Nenek menuduh Bapak yang mengguna-gunai beliau agar Nenek meninggal dunia sehingga rumah yang mereka tempati akan jatuh ke tangan Ibu. Ataghfirullah.. Sungguh, prasangka buruk itu tak pernah terbersit dalam benak Bapak dan Ibu. Akhirnya, 3 tahun lamanya mereka hidup dengan ketidakharmonisan keluarga. Hari raya Idul Fitri pun tiba. Saatnya bermaafan dengan keluarga, sanak saudara dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Pagi itu, sebelum kami berangkat ke masjid untuk menunaikan salat Ied, Ibu menemui Nenek untuk memohon maaf atas segala kesalahan yang disengaja maupun tidak. Sungguh diluar dugaanku! Saat Ibu bersimpuh di kaki Nenek untuk meminta maaf, dengan kesadaran penuh Nenek mendorong Ibu terjatuh ke lantai. Dengan air mata berlinang, Ibu langsung pergi meninggalkan Nenek. Aku pun tak kuasa menahan air mata. Aku ikut melangkah menyusul Ibu. Itu adalah kejadian yang tak terlupakan olehku dan Ibuku.

Kami telah diusir dari rumah Nenek. Dan kini, kami hidup bahagia di sebuah gubuk tua. Itu jauh lebih baik dari pada istana namun penuh penderitaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar